Rabu, 13 Desember 2017

Sudah hampir 3 pekan, Kota Amuntai dan sekitarnya dilanda banjir akibat tingginya curah hujan dan luapan air sungai kiriman dari sungai Tabalong dan sungai Balangan. Banyak perkantoran, perumahan hingga fasilitas pendidikan yang diserbu banjir.
SEPUTARAN DAERAH KOTA yang terlihat terkena banjir adalah kawasan Polres Hulu Sungai Utara (HSU), di depan daerah sekitaran rumah sakit, sampai juga terlihat di samping kantor Pemda dan PU kab. Hulu Sungai Utara.
Untuk daerah-daerah kecamatan lain diantaranya kecamatan Amuntai Tengah, Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Sungai Pandan, dan yang terlihat parah terkena dampak banjir adalah kecamtan Banjang.
Selain aktivitas perekonomian dan kegitan warga masyarakat yang terganggu dan mengalami banyak sekali kerugian, aktivitas proses belajar mengajar pun mengalami hal yang serupa, terlihat ketika para siswa siswi menerobos banjir untuk mencapai sekolah begitu pula dengan perjalanan kembali pulang kerumah, sesampai di sekolahpun ternyata sekolah banjir.
Hal tersebut juga terjadi di SD NEGERI KOTA RAJA kecamatan Amuntai Selatan.

 
Untuk mencapai sekolah siswa dan siswi harus menempuh perjalanan dengan melewati banjir, khususnya bagi mereka yang bertempat tinggal di kawasan tepian kali negara desa Kota Raja, desa Teluk Paring, dan komplek perumahan CPI 1. Hal ini tentu sangat membahayakan dan berisiko bagi mereka.




Ketika sampai di sekolah pun SD Negeri Kota Raja juga terkena banjir yang lumayan dan tentu mengganggu proses belajar mengajar. 
Dengan keadaan seperti ini, Alhamdulillah para Dewan Guru pengajar dan Siswa Siswi di SD Negeri Kota Raja tetap semangat untuk mengajar dan mengikuti pelajaran. Hal tersebut terlihat dari antusias para dewan guru dan siswa siswi yang tetap hadir kesekolah setiap harinya.
Bagi siswa dan siswi khusunya sekolah dasar, fenomena banjir disekolah tentulah mereka gunakan untuk bermain air dan al hasil baru jam 9 mereka sudah basah kuyup dan tidak mungkin bisa mengikuti pelajaran. Teguran guru pun kadang di abaikan oleh mereka karena usia mereka adalah usia bermain dan bergembira, sehingga para dewan guru pun akhirnya hanya bisa diam dan menjaga mereka bermain air khususnya untuk kelas 1,2 dan 3. Karena keadaan tersebut akhirnya Kepala sekolah mengadakan rapat dengan dewan guru dan meminta ijin kepada Kepala UPT Disdik Kec. Amuntai Selatan untuk meliburkan siswa dan siswi selama 2 hari karena banjir yang semakin meninggi dan membahayakan bagi siswa dan siswi.
Untuk tahun 2017 ini banjir dirasakan sangat tinggi, hal tersebut terlihat karena beberapa tahun yang telah lalu SD Negeri Kota Raja tidak pernah mengalami banjir.Begitu Pula dangan kecamatan - kecamatan lain juga merasakan bahwa pada tahun ini memang banjir akibat luapan sungai karena kiriman dari sungai Tabalong dan Balangan sangatlah tinggi.
Mudah - mudahan ada upaya yang bisa dilakukan khususnya pemerintah Daerah dari Kab. Tabalong, Balangan dan Hulu Sungai Utara dalam mengatasi masalah banjir yang sangat memprihatinkan ini.

Senin, 02 Oktober 2017

8 Tipe Belajar Menurut Gagne

Menurut Robert M. Gagne belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe ini bertingkat- ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupan mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe belajar itu adalah :

·       Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.

·       Belajar Stimulus – respons ( Stimulus Respons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe belajar S – R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.

·       Belajar Rangkaian ( Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.

·       Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.

·       Belajar Diskriminasi ( Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.

·       Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi. 

·       Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.

·       Belajar Pemecahan masalah ( Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba (insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.

Kedelapan tipe belajar di atas itu ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Untuk memecahkan masalah misalnya, perlu dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu. Agar dikuasi konsep perlu kemampuan membuat perbedaan, dan agar dapat membuat perbedaan perlu dikuasai verbal chain, dan seterusnya.
Biasanya dalam proses pembelajaran di sekolah hanya sampai pada tingkat konsep. Namun adakalanya kita harus menggunakan taraf belajar lebih rendah lagi. Agar belajar dapat mencapai lebih taraf tinggi diperlukan kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana diuraikan di atas.

Source : http://editopan.guru-indonesia.net/artikel_detail-36689.html
Best regards,


Artikel Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Metode R.I.C.E. (Rest, Ice, Compression and Elevation) pada Penanganan Cedera Olahraga Akut






Cedera pada jaringan lunak (otot, ligamen dll) seperti keseleo, otot tertarik atau memar, dapat di tangani sendiri secara cepat dengan menggunakan metode R.I.C.E. Metode ini sangat efektif dan bisa dilakukan sebagai pertolongan pertama sebelum dibawa berobat ke tenaga medis. Metode ini lebih disarankan untuk dilakukan jika dibandingkan dengan tindakan pemijatan oleh tukang pijat/tukang urut.
RICE adalah singkatan dari Rest (Istirahat), Ice (Es/dingin), Compression (Kompresi/tekanan) dan Elevation (Elevasi/Pengangkatan). Masyarakat, khususnya yang berkecimpung dalam dunia Olahraga, sebaiknya memiliki pengetahuan yang baik akan metode ini. Cedera olahraga dapat diminimalisir dan dicegah sebaik-baiknya jika metode ini dapat diterapkan secepatnya ketika terjadi cedera akibat olahraga.
Berikut adalah penjelasan tentang metode R.I.C.E. :
1.   Rest. Tindakan ini dilakukan dengan cara mengistirahatkan orang yang mengalami cedera dan melindungi bagian otot atau sendi yang mengalami cedera. Jika bagian tersebut terasa sakit saat menahan beban, maka gunakanlah penopang. Jika bagian tersebut terasa sakit ketika digerakkan, maka lindungilah dengan menggunakan splint (spalek).
2.   Ice. Tindakan ini artinya memberikan suhu dingin pada bagian yang mengalami cedera, bisa menggunakan Es batu atau sesuatu yang menghasilkan suhu dingin. Pendinginan dapat mengurangi pembengkakan dan rasa sakit pada bagian tersebut. Langkah ini sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Tempelkan kain dingin yang telah terdapat Es didalamnya atau Cool Pack pada bagian cedera. Berilah jeda waktu selama 5-10 detik antara ditempelkan pada bagian yang cedera dan diangkat, lakukan secara terus menerus selama 20 menit. Metode ini dilakukan selama tiga kali pada 24 jam pertama.
3.   Compression. Tindakan ini artinya kompresi atau penekanan pada daerah yang mengalami cedera dengan menggunakan perban khusus (ace bandage). Kompresi berfungsi mengurangi pembengkakan di sekitar daerah yang mengalami cedera. Dalam melakukan balutan pada daerah yang mengalami cedera, harus dipastikan bahwa perban tidak terlalu ketat karena dapat menimbulkan mati rasa atau bahkan menambah rasa sakit.
4.   Elevation. Tindakan ini dilakukan dengan memposisikan bagian yang cedera menjadi lebih tinggi dari jantung, terutama saat berbaring. Misalnya jika bagian yang mengalami cedera adalah pergelangan kaki, maka upayakan pasien dalam posisi tidur kemudian pergelangan kaki ditopang sehinga posisinya lebih tingi dari jantung.


Metode RICE sebaiknya diterapkan pada penderita selama 48 hingga 72 jam pasca cedera. Penderita juga sebaiknya menghindari pemijatan atau urut sebelum diketahui secara pasti cedera apa yang dialaminya. Baru setelah menjalani metode ini (RICE), pasien boleh mendapatkan terapi lanjutan seperti fisioterapi, terapi panas atau pemijatan. Pemijatan atau urut yang tidak sesuai dengan prosedur dikhawatirkan akan memperparah cedera, terutama cedera-cedera yang terdapat kerusakan jaringan seperti otot sobek, ligamen putus atau bahkan perdarahan di dalam.
Selama menjalani metode RICE, pasien diperbolehkan untuk meminum obat-obatan penghilang rasa sakit, namun sebaiknya obat-obatan tersebut diberikan atas anjuran dokter.


Semua olahraga memiliki risiko cidera, dimana pada saat cidera, kualitas dan performa atlet di lapangan akan menurun.

Ada dua jenis cidera dalam berolahraga. Cidera langsung (traumatic injury) maupun tidak langsung (overuse injury).
Traumatic injury di sini dapat dilihat dengan jelas penyebabnya. Misalnya jatuh, salah gerak, tertabrak, dan lain-lain sehingga menyebakan robekan/putusnya jaringan lunak (soft tissue) seperti ligamen, otot, tendon hingga terjadinya fraktur (patah tulang). Pada kondisi yang seperti ini, diperlukan penanganan medis professional seperti dokter atau fisioterapis.

Overuse injury yaitu cedera yang diakibatkan karena tekanan berulang-ulang biasanya diakibatkan karena pemakaian berlebih. Berhubungan dengan beratnya beban latihan, istirahat yang kurang, perawatan cedera sebelumnya yang kurang tepat serta persiapan dalam pertandingan seperti warming upstretching dan cooling downsetelah pertandingan yang kurang maksimal dan efektif.

Pada saat cedera, tubuh meresponnya dengan tanda-tanda peradangan dari dalam tubuh seperti rubor (kemerahan), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri) serta functiolesa (penurunan fungsi). Respon tersebut bertujuan untuk memulihkan jaringan yang cedera.

Pembuluh darah di tempat yang mengalami cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen supaya mempercepat penyembuhan. Adanya pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan tempat yang cidera menjadi lebih terlihat kemerahan (rubor), dan darah yang banyak ini akan merembes dari kapiler menuju ruang antar sel sehingga akan terlihat bengkak (tumor). Karena banyaknya nutrisi dan oksigen sehingga metabolisme meningkat dengan sisa metabolisme berupa panas (kalor). Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lainnya ini akan merangsang syaraf perasa nyeri di tempat yang cedera sehingga timbul nyeri (dolor). Semuanya akan mengakibatkan penurunan fungsi sendi (functiolesa).

Pada saat terjadi cidera banyak yang masih bingung dalam penanganan cidera. Kebanyakan langsung memberikan balsam ataupun pijatan. Sebuah penangan yang tidak tepat. Penanganan yang tidak tepat akan memperburuk cidera dan memperlambat proses penyembuhan.

Dari segi medis penanganan untuk cedera olahraga untuk soft tissue secara umum memiliki prinsip RICER dan menghindari HARM.

Do RICER!

Rest: Istirahatkan bagian tubuh yang mengalami cidera agar cidera tidak semakin parah. Jika merasakan nyeri pada saat bergerak itu berarti tubuh mengirimkan sinyal kepada tubuh untuk mengurangi gerakan di bagian tubuh yang cedera. Kurangi pembebanan tubuh di bagian yang cidera misalkan dengan menggunakan kruk. Istirahat sendiri minimal 48-72 jam. 

Untuk kondisi cidera ringan pada saat bertanding dan dapat melanjutkan permainan, harus dicek terlebih dahulu oleh tim medis dokter atau fisioterapis dan diberikan support sepertitapping/kinesiotape/decker.

Ice: Kompres dengan menggunakan es/dingin  sesegera mungkin, kompres bisa menggunakn es batu ditumbuk dimasukkan plastik kemudian dibebat maupun menggunakan ice bag, atau kompres dengan handuk yang sudah direndam air dingin. Tujuannya adalah mengurangi nyeri dan bengkak pada fase inflamasi, supaya pembuluh darah yang melebar menjadi lebih menutup.

Aplikasikan 10-15 menit saja. Bila lebih dari 20-30 menit justru akan mengakibatkan kerusakan jaringan. Ulangi kompres setelah 30 menit. Pada 24-72 jam bisa sehari melakukan 6-7 kali kompres es.

Compression: Gunakan bebat menggunakan perban elastis, atau adhesive elastic bandage,kinesiotaping dan taping untuk mengurangi bengkak dan pendarahan. Dibebat jangan terlalu kencang. Lepas bebat pada saaat akan tidur kecuali kinesiotapingdapat digunakan hingga dua hari.

Elevation: Angkat bagian yang cidera lebih tinggi dari jantung. Misalnya ketika terkenasprain ankle maka ganjal ankle pada saat duduk/tidur dengan menggunakan bantal supaya mengurangi pembengkakan.

Referral: Segera rujuk ke dokter/fisioterapis apabila mencurigai cidera termasuk parah dan mengganggu aktifitas. Cidera akan mendapatkan pemeriksaan dan diagnosa, treatment dan program fisioterapi.




No HARM!

Heat: Menggunakan panas pada saat penanganan pertama cidera akan meningkatkan pembengkakan karena panas akan membuat pembuluh darah semakin melebar, seperti pemberian balsam, jahe, minyak kocok, sauna, berendam di bathub, dan shower panas.


Alcohol: Meminum alkohol atau merendam bagian yang cidera dengan alohol akan meningkatkan pembengkakan serta memperlambat proses penyembuhan.

Running: Berlatih dalam 48-72 jam saat cidera akan memperburuk kondisi. Seseorang dinyatakan aman bermain kembali setelah dilakukan pemeriksaan dan diagnosa dari dokter/fisioterapis.

Massage: Massage (pijatan) pada saat cidera akan meningkatkan aliran darah sehingga akan membuat semakin bengkak, dan dapat terjadi kerusakan pada jaringan yang cedera. Misalnya ligamennya terluka lalu diberikan massage maka luka sobeknya akan semakin melebar dan pada saat kembali ke lapangan menjadi kendor dan terganggu stabilitasnya sehingga memudahkan terjadinya cidera ulang.


Selasa, 12 September 2017

Ruang lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1.     Permainan dan olahraga meliputi :
Olahraga tradisional, permainan eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tennis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.
2.    Aktivitas pengembangan meliputi :
Mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3.    Aktivitas senam meliputi :
Ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.
4.    Aktivitas ritmik meliputi :
Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya.
5.    Aktivitas air meliputi :
Permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
6.    Pendidikan luar kelas, meliputi :
Piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.
7.   Kesehatan, meliputi :
Penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.





Minggu, 10 September 2017

KURIKULUM 2013 DI MATA GURU PENJAS
PENDAPAT GURU
KURIKULUM 2013 DI MATA GURU PENDIDIKAN JASMANI

Program pemerintah yang dicanangkan oleh Kemendiknas, tentang kurikulum 2013, mulai tahun ajaran 2013/2014, tepatnya pada Senin tanggal 15 Juli 2013, pelan tapi pasti secara nasional akan dimulai. Sehingga pada kelas awal SD, SMP, SMA, maupun SMK seluruh warga sekolah harus siap melaksanakannya, dan program yang lama harus diselesaikan sampai tahun ajaran 2015/2016.

Kurikulum 2013 baru akan dilaksanakan pada sekolah-sekolah eks RSBI atau sekolah-sekolah tertentu yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan yang terkait, mata pelajaran yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah perangkatnya baru meliputi tiga mapel yaitu, matematika, bahasa Indonesia dan sejarah. Ketiga mapel tersebut dipilih karena dianggap sebagai mepel perekat persatuan bangsa. Namun demikian walaupun perangkatnya belum siap untuk mapel yang lain tetap harus berjalan sesuai dengan kurikulum 2013, untuk itu diharapkan guru-guru mapel yang bersangkutan bisa menyesuaikan diri (mencari materi). Mengapa eks RSBI dan sekolah tertentu dipilih karena pemerintah berasumsi SDM, perangkat lunak dan perangkat keras sekolah-sekolah tersebut sudah siap untuk melaksanakan tugas tersebut. Untuk menunjang persiapan tersebut saat ini pemerintah secara intensif terus menggeber penataran/pelatihan bagi pengawas, kepala sekolah, instruktur, guru inti, guru berprestasi, dan guru mapel untuk mendalami kurikulum 2013, yang hasilnya nanti akan diimbaskan ke sekolah-sekolahnya masing-masing lewat diklat, MGMP/KKG.

Terlepas dari pro dan kontra dalam subtansi mapel kurikulum 2013, bila dilihat dari kaca mata guru Pendidikan Jasmani (penjas), ia memberi harapan baru yang menyejukan, karena dalam struktur kurikulumnya, jumlah jam pelajaran penjas menjadi 3 jam per-minggu (kurikulum KTSP hanya 2 jam). Penambahan dari 2 jam menjadi 3 jam bertujuan untuk mengakomudir muatan lokal olahraga yang menjadi ciri khas/menonjol pada daerah di mana sekolah tersebut dilaksanakan, dengan bertambah jumlah jam diharapkan guru-guru penjas dalam memenuhi kebutuhan jumlah jam 24 jam per-minggunya, untuk kepentingan sertifikasi akan terpenuhi.

Di dalam acuan kurikulum 2013 disebutkan bahwa jumlah jam minimal yang tertuang dalam struktur kurikulum mapel tersebut tidak boleh dikurangi, tetapi kalau ditambah diperbolehkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 secara penuh harus mengacu pada standart minimal tersebut. Pada pelaksananaan di lapangan pasti akan ditemui sekolah-sekolah yang berinovasi sedikit menyimpang dari acuan tersebut. Artinya, menambah jam minimal atau mengurangi jam minimal, karena alasan kebijakan untuk konsentrasi pada persiapan hasil prestasi siswa akhir tahun, pada mapel yang di UAN kan. Alasan lainnya karena pada saat ini belum ada koordinasi dan kesepakatan di masing-masing sekolah/daerah untuk memilih olahraga yang tepat sebagai mulok yang akan diberikan pada sekolah tersebut. Apakah tambahan 1 jam pelajaran tersebut nantinya diberikan berturut-turut 3 jam atau yang 1 jamnya diberikan terpisah pada pada jam intrakurikuler ataukah menjadi ektrakurikuler semua itu masih menjadi wacana. Untuk itu bagi guru-guru penjas yang terkena imbas kebijakan tersebut hendaknya dapat mengkomunikasikan kepada pihak sekolah dalam hal ini bagian kurikulum, dengan cara yang arif dan elegan. Minimal dengan bertambahnya jumlah jam pelajaran bagi guru-guru penjas, akan lebih bersemangat untuk melaksanakan kurikulum 2013.

Harapannya, bagi guru penjas apabila jumlah jam per-minggunya sudah terpenuhi, konsentrasi mengajar tidak terpecah-pecah karena fokus hanya mengajar pada satu sekolah saja. Dengan demikian seharusnya kualitas pembelajarannya juga meningkat, harapan selanjutnya guru penjas akan lebih siap dalam menghadapi program Kemendiknas selanjutnya yaitu, melaksanakan Penilaian Kinerja Guru dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, semoga. Amin

Oleh: Aris Priyanto, Ketua Ikatan Sarjana Olahraga Kota Yogyakarta, Guru SMAN 1 Yogyakarta d/a JL HOS Cokroaminoto 10 YK

Jumat, 25 Agustus 2017

PENGALAMAN BELAJAR GERAK



1.       Klasifikasi belajar gerak :
a)      Berdasarkan kecermatan gerak
b)      Berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir gerakan
c)       Berdasarkan stabilitas lingkungan
2.       Pengertian dan klasifikasi keterampilan gerak :
a)      Kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik.
b)      Semakin baik penguasaan gerak keterampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien.
3.       Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan kecermatan gerak :
a)      Keterampilan gerak agal (gross motor skill)
Gerakan yang didalam pelaksanaannya melibatkan otot-otot besar sebagai basis utama gerakan (contoh : loncat tinggi, tolak peluru)
b)      Keterampilan gerak halus (fine motor skill)
Gerakan yang didalam pelaksanaannya melibatkan otot-otot  halus sebagai basis utama gerakan (contoh : menarik pelatuk senapan, pelepasan busur panah).
4.       Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir gerakan :
a)      Keterampilan Gerak Diskret (Descrete Motor Skill)
Gerakan yang bisa dibedakan secara jelas titik awal dan akhir dari gerakan (contoh : rool depan)
b)      Keterampilan Gerak Serial (Serial Motor Skill)
Gerak Deskret yang dilakukan beberapa kali (contoh : berguling berulang kali)
c)       Keterampilan Gerak Kontinyu (Continous Motor Skill)
Gerak yang tidak bisa dengan mudah ditandai titik awal dan akhirnya (contoh : bermain sepak bola)
5.       Klasifikasi keterampilan gerak berdasarkan stabilitas lingkungan :
a)      Keterampilan Tertutup (Close Skill)
Keterampilan gerak yang dalam pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah (contoh : mengguling, menembak kesasaran)
b)      Keterampilan Terbuka (Open Skill)
                        Keterampilan gerak yang dalam pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah (contoh : menendang bola umpan dari teman)
1.       Fase belajar gerak
a)      Fase Kognitif
ü  Mengetahui dan memahami konsep gerak
ü  Mekanisme perceptual/pemrosesan informasi
ü  Rencana gerak
ü  Mencoba-coba gerakan
Ø  Gerakan belum baik
b)      Fase Asosiatif
ü  Mencoba dengan keleluasaan dan berulang-ulang
ü  Merangkaikan geraka
ü  Mengetahui dan mengenali kesalahan gerak
Ø  Menjadikan rangkaian gerakan secara efisien, lancer dan terpadu
c)       Fase Otonom
ü  Pengulangan gerakan secara teratur
ü  Kelancaran dan kebenaran gerak masih dapat ditingkatkan tetapi tidak secepat fase sebelumnya.
ü  Mengubah bentuk gerakan cukup sulit
Ø  Tingkat penguasaan gerakan keterampilan secara otomatis (gerakan benar secara otomatis akan menjadi gerakan efisien)
2.       Kondisi belajar gerak
Adalah suatu keadaan yang diperlukan agar proses belajar bisa berlangsung sesuai tujuan.
a)      Kondisi internal
ü  Mengingat bagian-bagian gerakan
ü  Mengingat urutan rangkaian gerakan
b)      Kondisi eksternal
ü  Sajian instruksi verbal
ü  Sajian instruktur visual
ü  Kegiatan praktek
ü  Penyampaian umpan balik
3.       Pengalama belajar gerak
Adalah situasi/keadaan dimana seseorang membuat percobaan dengan sengaja untuk meningkatkan kinerja dalam pergerakan (praktek yang disengaja)
a)      Penetapan tujuan belajar
1)      Mendorong peningkatan
2)      Dapat dicapai
3)      Nyata dan berdasar kinerja sebelumnya
4)      Khusus dan dapat diukur
Prinsip :  CHARS : Challenging (menantang)
Attainable (dapat dicapai)
Realistic (realistis)
Specific (spesifik)
Tujuan hasil : focus target pada hasil kinerja (berapa banyak bola yang dapat dimasukan pada akhir pembelajaran).
Tujuan kinerja : fakus target pada kinerja (penngkatan prosentase tembakan bola saat kerja)
Tujuan proses : focus target pada kualitas hasil gerakan (perhatian pada setiap teknik gerakan saat menembakan bola)     
b)      Proses interaksi
c)       Konsep transfer belajar
Adalah pengaruh latihan keterampilan sebelumnya terhadap belajar suatu keterampilan yang baru.
1)      Transfer positif
Pengalaman sebelumnya membantu dan menguntungkan terhadap keterampilan yang baru.
2)      Transfer negative
Pengalaman sebelumnya justru merugikan terhadap belajar keterampilan baru.
3)      Transfer netral
Pengalaman sebelumnya tidak berpengaruh tehadap belajar keterampilan baru.
4.       Beberapa bentuk praktek dalam belajar gerak
a)      Prkatek blok
Suatu urutan praktek dimana individu melaksanakan sejumlah tugas yang sama dalam order tertentu.
b)      Praktek acak
Suatu urutan praktek dimana individu melaksanakan sejumlah tugas berbeda dalam order tertentu.
c)       Praktek tetap
Suatu urutan praktek dimana hanya satu variasi dari tugas yang ditentukan selama suatu sesi.
d)      Praktek bervariasi
Suatu urutan praktek dimana sejumlah variasi dari tugas yang ditentukan selama suatu sesi variabel praktek.

Kamis, 11 Mei 2017

MUDAHAN BISA DIPERBAIKI SECEPATNYA OLEH PEMERINTAH . . . AMIN


BANGUNAN SDN KOTA RAJA
KEC. AMUNTAI SELATAN KAB. HSU
YANG MENGALAMI KERUSAKAN



DINDING KELAS PECAH - PECAH DAN BERLUBANG





PLAFON YANG MULAI RAPUH DAN MENGKHAWATIRKAN



LANTAI KELAS YANG BERLUBANG DAN BERTAMBAL 
SANGAT MEMBAHAYAKAN 








TITIAN MENUJU WC SUDAH SANGAT MEMBAHAYAKAN SISWA






KEADAAN WC YANG TIDAK LAYAK



          Sekiranya Pemerintah Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara,
          Melalui Dinas Terkait Dapat Menindak Lanjuti Dalam Hal Perbaikan
          Bangunan SDN Kota Raja Yang Sudah Banyak Mengalami Kerusakan . . .

          SEBELUM DAN SESUDAHNYA DI UCAPKAN TERIMA KASIH